Laman

Friday, April 24, 2009

3.2.1 and... A.C.T.I.O.N!

It‘s very shocking my lung when I read a story about an Indian woman cries. What is shocking? She tears blood and feels no hurt as all of us cry. What happen to the world? Subhanallah, We always heard people say ‘if you bloody crying, you will never get it.’ We should rephrase the sentence or a promised person should take back his words.

Actually, nothing is impossible in this world. Did our ancestors ever come across to see with their naked eyes a car? In Europe, when they saw the vehicle with four wheels, they ran away, ‘watch out, I just saw a horse with four wheels’. Today, have we ever thought that one day we will see a flying car? Do you know there is a gun as smallest as your hand phone chip? Ask immigration officers when they check your bag during your flight departure? Why they ask for your hand phone? Subhanalah, many remarkable discoveries rise our eyebrows recently. Who should we thank to? To the West? Of course we should give them credit because they appreciate their reason.


But, everything will not come into existence without Allah willingness. That is why nothing is impossible in the world. Human will face impossible things, we should admit that. If Allah destined everything possible for human, do you think they will remain worship Him? Yes, those who have FAITH. Do you think they will believe His existence? Do you agree if Allah fated everything possible to be discovered they will destroy the world? YES! Because, human are destroyers, Angel admits it, But Allah knows much better what is necessary for His being and what is not. Ponder around you, what happen to the world? The earth is breaking, the mountain is shaking, the Iceberg is sweating, the ocean is flooding, the temperature is warming like an oven with 180’c, the sky is crying. That is why human are destroyers. Allah only bestowed them a tiny slice of knowledge, but they produce tremendous disasters. Who gets suffer? Who gains power and wealth? Who is crying? Who is gloating? Who is laughing? Who is dying? WE! Who are we? We welcome modernization, but how ‘modernize’ our life now? We are slowly dying.

is it possible when you wake up tomorrow morning, you see your car swimming in the flood; you see your house hanging in the cloud? BELIEVE IT OR NOT? It will happen, even worse than the great flood in Nuh prophetic time. What happened during his time? Homosexuals! What happen to our time? Homosexuals! Don’t believe it?

Nothing will change the world if we keep nagging around, highlighting the issue. People know that. Stop babbling, it will not solve the problem. Most important to do is, ACT! 3, 2, 1 and ACTION! Yes, that is what we Muslims should do. Do what? Calling people back to Islam, calling those who dragged away from al-Quran. Don’t blame them, HELP THEM. Help our brothers and sisters in Islam. Everyone can give a speech in the forum, produce common senses opinions. It is enough, we need implementation. We are nagging when we see social ills grow like mushrooms after the rain in the newspapers, we blame the mothers, we blame the corps, and we blame the criminals. BLAME OURSELVES! What is our contribution to the safety of society? We ignore the society, we become individualistic!

I remind myself first before I remind others. We should introspect ourselves. How far have we fulfilled our responsibility as a member of society? You don’t have to wait gaining perfect enough knowledge. There is no ‘enough knowledge’ in Islam. We don’t have time to wait! We should act from the knowledge we have in our heart now, little or many, spread it. That is why our lovely Prophet said ‘spread from me even a sentence’. It does not mean that when you call people for good for the first time, then you stop. NO! The hadith is very pertinent for us to deeply ponder that whenever you have knowledge about Islam even little, spread it to others. The companions, when they received Islam, immediately they spread to others. Do you think they already have abundant of knowledge in their heart? No! That is why, action is very important. Knowledge of Islam should not be narrowed to aqidah, fiqh or hadith. Knowledge of Islam as its essence as a comprehensive (syumul) religion, as AD-DEEN- way of life- covers every knowledge as long as it denote good knowledge and impact to others. If you have little knowledge in fiqh or hadith, it is ok. Just spread the knowledge you have in your heart. ‘Don’t eat by standing!”, ‘don’t cheat in examination’, ‘don’t smoke!’, don’t wear high heel shoes”. You gain huge rewards from Allah. IS IT DIFFICULT TO DO?

DO NOT WAIT, SOCIET NEEDS OUR HELP. WE ARE RESPONSIBLE TO PROVIDE A CURE FOR THE SOCIAL ILLS. NO ONE SHOULD BE EXLUDED. IF OUR AUTHORITY IS BUSY MANTAINING THE POSITION, WE AS A MEMBER OF SOCIETY SHOULD BUSY HELPING OUR BROTHERS AND SISTERS OUTSIDE. Do as maximize we can.

-Wallahua'lam-

Thursday, April 23, 2009

TiDuR CuKUp vs TiDuR cUkUp-CuKuP

CUKUPKAH 8 JAM SATU HARI?

Barat menekankan TIDUR YANG CUKUP, sebaik-baiknya 8 JAM SEHARI. Contohnya. Kita tidur pukul 10 malam bangun 6 pagi untuk bersiap ke tempat kerja. Bila pulang kita tidur pula, rehat sejam dua. Sekarang 8 + 2= 10 jam, masih tinggal 14 jam lagi yang kita gunakan untuk melihat dunia ini. Kira-kira, tidur kita seimbang dengan waktu celik kita. Kalau kita bangun qiam pukul 4 pagi, selalunya kita gantikan tidur kita yang digunakan untuk bermunajat kepada Allah dengan tidur selepas subuh. Alasannya, mesti cukup 8 jam. ADA APA DENGAN 8 JAM?

Pernah terfikir kenapa perlu 8 jam? Kenapa perlu tidur yang ‘cukup’?

Imam Syafi’e mengira, andai sehari kamu peruntukan untuk tidur selama 8 jam dan kamu hidup selama 60 tahun, kira berapa lama kamu sudah tidur? 20 TAHUN? Aduh! Mahu panjangkan lagikah lena kita? Asal ada senggang waktu, kira-kira tiada pekerjaan yang perlu dibuat ingin terus rindukan bantal dan tilam, jika tidak, berbantalkan lengan pun rela asalkan dapat tidur.

Barat memperuntukan tidur yang panjang kepada kita dengan alasan mendapatkan ‘tidur yang cukup’. Manusia ini kalau tidur ‘sudah cukup pun mahu lagi di tambah-tambah kerana manusia suka tidur semejak dalam kandungan ibu. Jika kita lihat bayi, walau telah sebulan menghirup sendiri udara dunia, masih lagi sukar untuk mencelikan mata, tidur kerjanya. Itulah manusia sehingga lewat dewasa.

Apa sebabnya Barat berfikiran begitu?

KERANA HIDUP MEREKA KOSONG DARIPADA TANGGUNGJAWAB AKHIRAT.

Kehidupan manusia yang menolak Allah dan suruhannya menjadikan masa 24 jam yang diperuntukan kepada mereka terlalu lama, lalu mereka peruntukan untuk tidur. Orang bukan Islam tidak memikul tanggungjawab untuk berdakwah terhadap dirinya dan orang lain. Kehidupan mereka hanyalah kerja, berhibur dan TIDUR. Tapi kerja kita sebagai orang Islam dan Mu’min adalah kerja, beribadah dan berdakwah. Bahkan kerja dan tidur itu sendiri adalah nikmat ibadah jika diperuntukan menurut kandasan sunnah Rasulullah.

Tidur kita sebagai Muslim tidak memerlukan 8 jam. Itu terlalu lama dan membuang masa, kita telah mensia-siakan, membekukan otak fikiran kita selama 8 jam sedangkan dunia Islam sangat dahagakan buah fikiran kita untuk memajukan ummat dan menegakan Islam kembali di bumi Allah ini. Orang bukan Islam hidup mereka kosong, seperti robot. Mereka dipaksa bekerja dan bekerja dari pagi sehingga lewat malam demi memajukan negara mereka, seperti Jepun. Tetapi adakah mereka memperuntukan waktu untuk beribadah kepada tuhan mereka? seperti kita yang diwajibkan solat kepada Allah 5 kali sehari dan sunat-sunat yang dituntut di malam hari dan hari-hari yang terluang bagi kita. Jawapannya tidak, kerana itu peratusan mereka yang membunuh diri akibat tekanan dari tempat kerja adalah tinggi. Segalanya berpunca dari kesesatan hidup pilihan mereka sendiri. Taksub kepada dunia dan materi tetapi lupa pada maslahat diri sendiri.

Kita tidak butuh kepada tidur 8 jam yang cukup. Sejak kecil kita disogok dengan idea begitu. Ibu bapa kita memaksa kita masuk tidur seawal 9 malam agar tidak mengantuk di sekolah pagi esoknya. Kerana itu kita merasakan sangat sulit untuk mengurangkan tidur kita. Tetapi jika kita tekad untuk mengubah cara tidur kita dan menukarkan ‘mind kita’ pasti MUSLIM BOLEH melakukannya. Tiada yang mustahil dalam hal ini tambahan lagi jika ia satu mujahadah kita kepada sang Rabbul Izzati. JENTIK FIKIRAN, TANYA IMANMU YANG MASIH BERSISA SENDIRI!

Rasulullah hanya mengkhabarkan, ‘jika kalian telah selesai dari pekerjaan dan tiada lagi yang perlu dilakukan maka tidurlah awal dan bangun qiam pada dinihari.’ Baginda tidak menyatakan untuk tidur yang cukup tetapi fahamilah baginda menyuruh kita agar mengamalkan tidur yang cukup-cukup. Tidakkan terkesan di hati kita dengan perkiraan yang dibuat oleh imam syafi’e seperti diatas? Berapa lama lagi mahu tidur?

DA’WAH PERLUKAN KITA

Ummu Mu’minin Aisya bertanyakan Rasulullah, ‘Hai Rasulullah, adakah engkau juga tidur seperti kami?’ Baginda membalas, ‘Wahai Aisya, memang kedua-dua mataku tidur, tetapi hatiku terjaga.’ Kenapa sehingga begitu sekali tidur baginda? Hatinya terjaga dan sedar kerana MEMIKIRKAN URUSAN UMMAT yang pada waktu itu dan waktu sekarang. Tidur baginda hanyalah sekadar memenuhi nafkah jasadnya sahaja, tidak lebih dari itu, jika tidak pasti baginda terus celik mata dan hatinya memikirkan ummat. Tetapi jika baginda berbuat demikian, pasti sahabat yang lain ikut berbuat demikian tetapi yang demikian itu akan menyusahkan hati baginda kerana kekhuatiran akan membebankan ummatnya.

As-Syahid Hasan al-Banna mengatakan ‘umur kita tidak akan pernah cukup dan sebanding dengan tanggujawab kita yang wajib digalas untuk Islam [da’wah].’ Kata-kata seperti itu tidak akan lahir dari jiwa yang tidur cukup tetapi hanya tidur cukup-cukup. Jika sisa umur yang diperuntukan tidak juga cukup dan sebanding dengan urusan Islam, apatah lagi umur yang digunakan untuk tidur yang banyak, semestinya jauh tidak cukup. Oleh itu, pergunakanlah sisa umur yang ada selepas kesedaran kita untuk memikirkan ummat.

Kalau kita soroti sejarah tokoh-tokoh Islam yang terbilang, pasti kita dapati tidur mereka tidak cukup tetapi hanya tidur cukup-cukup. Hassan al-Banna setelah pulang dari suatu urusan da’wah lewat malam bersama temannya, walaupun dalam keadaan yang letih beliau masih lagi gagah melangkah kaki ke tikar solat secara senyap-senyap daripada pengetahuan temannya [walaupun dia tidak tahu bahawa temannya sedang memerhatikannya] dengan harapan bahawa temannya itu tidak menyedari untuk solat malam. Lihat, urusan sebagai Muslim tidak pantas dihalangi oleh tidur yang berlama. Rasulullah sendiri memperuntukan waktu dinihari untuk bertaqarrub dengan Allah sehingga suatu malam Aisya mendapatinya sedang menangis ketika solat di hadapan rumahnya yang da’if. Begitu juga dengan ulama’-ulama’, terdengar kisah mereka tidur diatas buah kelapa dengan harapan agar lenanya tidak terlalu panjang agar mereka dapat bangun untuk beribadah dan menelaah ilmu. Itulah personaliti bakal ahli syurga, tidurnya bukan cukup tetapi sekadar cukup-cukup.

Kita lihat lagi bagaimana Barat mencanangkan idea tidur yang cukup ini dengan menawarkan tilam-tilam yang empuk, lembut dan melenakan sehingga dibuai mimpi yang indah-indah dengan harapan saat kita bangun, tubuh kita akan menjadi sihat dan bertenaga. Cuba bandingkan tidur baginda Junjungan besar kita Rasulullah, diceritakan oleh Aisya juga ‘tilam baginda di malam hari hanyalah terbuat dari kulit yang diisi sabut.’ Sabut! Lihat bagaimana Barat berusaha untuk menjauhkan kita dari sunnah Baginda dan menjauhkan kita dari ni’mat berkhalwat dengan Allah di malam hari kerana mereka sedar seorang Muslim itu tidak akan selamanya kuat imannya kalau solat malam tidak mampu didirikan. Itu Rasulullah! Tetapi kita siapa? Mani yang tidak pernah berguna, tidur saja retinya sampai bangun-bangun terus bengong kepala, berpinar-pinar anak mata, terhuyung- hayang berjalan sini sana. Sampai bila mahu begitu, ummat diluar, keluarga kita yang terdekat sangat-sangat memerlukan pertolongan kita dalam perbagai cara.

Dalam kehidupan seorang Muslim soleh dan solehah tidak aka nada istilah ‘boring’ , ‘luang waktu’ atau tidak punya pekerjaan’. Sedarlah, terlalu banyak tugas da’wah yang perlu kita gerakan bermula da’wah untuk diri kita dan beriringan dengan tugas da’wah untuk orang lain. Kita terus lena sedangkan si dajjal manusia sedang memerah otak memikirkan nukler psikologi yang terbaik untuk memusnahkan tunjang aqidah manusia.

Si kafir tidak butuh kepada kekristianan kita tetapi meraka sangat menginginkan agar kita MURTAD dari aqidah kita. Itulah jiwa yang hasad dan dengki, jiwa yang tidak pernah senang dengan agama Islam kerana mereka sedar mereka tidak akan berjaya menguasai dunia selagi Islam menjadi gaya hidup manusia. Socialism runtuh di dunia kerana Islam buka kerana capitalism dan pihak capitalism juga sedang berusaha agar segala impian dan cita-cita mereka untuk memperkudakan ummat dan melanyakan orang seperti kita terlaksana.

Da’wah itu tidak perlu disempitkan dengan da’wah yang memerlukan kita untuk menjadi mubaligh, berda’wah sehingga ke hujung kampung, mengetuk-ngetuk rumah orang walau tahu kehadirannya tidak dialukan, walau kehadirannya tidak pernah dijemput masuk ke dalam, rela berdiri di depan tangga untuk menyebrkan agama Islam. Untuk menyedarkan kepentingan RUKUN ISLAM YANG LIMA bukan RUKUN MALAYSIA yang LIMA. D’WAH ITU MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN MENEGAH KEPADA KEBURUKAN. Da’wah itu harus dimulai dengan diri sendiri, melatih diri untuk thabat meneruskan kebaikan dan istigamah dalam menjauhi kemungkaran. Walaupun begitu, kita tidak boleh menunggu iman kita, akhlak kita juga niat kita sempurna kerana kita manusia biasa, tambah lagi masa terlalu mencemburui, maut rindu menanti, kita tidak punya masa lagi untuk terus menanti bilakah kesempurnaan iman itu dpat digapai kerana IMAN MANUSIA TIDAK AKAN PERNAH SEMPURNA, hati manusia itu berbolak-balik dan dirinya tidak akan pernah lekang dari secalit dosa dan noda di hati. Oleh itu, janganlah menanti buah yang tidak gugur, jangan dinanti buah iman sempurna baru kita mahu melangkah berda’wah kepada orang lain. Tetapi, BERIRINGANLAH DENGAN HATIMU DAN yang lain, TARIK HATI YANG LAIN UNTUK MENGAJAK KEPADA MA’RUF DAN MENJAUHI SEGENAP YANG MUNGKAR.

Jangan pula terus biarkan hati berdalih ‘aku bosan!’ ‘aku tidak ada perkara yang perlu dilakukan’ ‘baik aku tidur!’. CUKUPLAH! Kita sudah melampau dalam merasai ni’mat Allah. Jangan sampai ni’mat lena kita yang terlau panjang itu membinasakan kita dihari yang tiada lagi tidur tetapi jaga yang selama-lamanya. Terlalu banyak yang perlu disampaikan kepada ummat, lakukan apa saja yang termampu untuk menarik manusia mendekati kembali al-Quran, memahami kembali bahawa Islam itu bukan saja dalam ruang lingkup solat fardu atau masjid, ISLAM ITU LAMBANG GAYA HIDUP MANUSIA!

Banyakan menulis, Allah menganugerahkan satu surah yang mulia ‘AL-QALAM’ sebagai indikasi betapa pentingya ilmu dan penulisan. Jadi, jangan diracun hati dan fikiran dengan mengatakan ‘aku tidak berbakat!’ ‘aku tidak ada pengetahuan tentang itu dan ini’. Sedarlah, al-Quran itu tidak mencicirkan seorang ummat pun untuk terlepas dari segala firmanNya. Al-Quran memilih kita untuk bangkit memegang pena dan menintakan sesuatu untuk ummat, jika kita tidak punya pengetahuan itu dan ini, lantas apa guna aqal yang dikurniakan oleh Allah, yang membezakan kita dengan binatang andai ia tidak dimanfaatkan untuk menimba ilmu dan melemparkah buah fikiran kita kepada orang lain demi SEBUAH DA’WAH yang tidak pernah selesai? Timbalah ilmu kerana itulah wahyu pertama ‘IQRA’!’ ‘bacalah! Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan’. Carilah ilmu dengan memperbanyakan bacaan yang ilmiah dan salurkanlah segala yang baik atau segala ilham yang dikurniakan kepada ummat manusia demi Allah yang menciptakan, demi shahadah kita, kesaksian kita kepada ALLAH YANG MAHA MULIA. Itulah tugas kita!

*Yang berbicara pun sama saja, namun yang baik itu perlu segera disebarkan. Sahabat Rasulullah, apabila diperintahkan menyebarkan Islam secara terbuka, terus saja mereka menerima dan melakukan yang demikian dengan keadaan yang sulit demi memartabatkan Islam di hati manusia. Oleh itu, peringatan untuk diri juga kepada pembaca. Jangan di lihat siapa yang menuturkan atau mengarahkan kepada kebaikan tetapi lihatlah mesej yang hendak disampaikan. Kerana jika kita bertindak sebaliknya, kita telah riak kepada Allah dan manusia kerana menyangka bahawa kita lebih baik daripada mereka. Yang baik itu pastinya datang dari Allah yang MAHA SEMPURNA manakala yang buruk itu tentulah dari jiwa yang masih buta dengan dunia dan dibelenggu dosa noda. Kadangkala istighfar kita juga memerlukan istighfar. Ketahuilah, Islam itu, jika kita tidak dapat melakukan semua yang di suruh, janganlah ditinggalkan semua. Allah itu MaHA Pengampun. Berdoalah agar iman kita tidak terus ditapuk yang lama.

-WALLAHUA’LAM-
Kemboja Putih
24/4/09
9.00 pagi
Tambunan, Sabah

Monday, April 20, 2009

Apa yang PENTING?

P.A.S.I.R, Ada apa dengan pasir? Sesungguhnya Allah tidak menciptakan sesuatu untuk sia-sia. Hatta jika ditanya apa guna sebutir pasir dipsisir pantai? Hanya sebutir pasir, tidak akan mampu membina sebongkah batu untuk dibuat bangunan atau pun untuk dibuat istana pasir. Namun, setiap kejadian itu ada hikmahnya samada yang tersirat mahupun tersurat. Pasir, tanpa sebutir pasir, tidak akan tercipta bongkah batu atau istana pasir kerana ciptaan tersebut terbuat dari gabungan pasir-pasir yang dulu hanyalah sebutir pasir. Mungkin sebutir pasir tidak mampu untuk membina apapun tapi jika semuanya bersatu, bungunan beratus tingkat pun mampu tercipta, bermula daripada sebuitr pasir. Seperti duit seringgit tidak akan wujud jika tidak cukup satu sen.

Itulah analogi kehidupan kita. Kita tidak hidup secara individualistic tetapi kolektif. Maka apabila hidup bermasyarakat perlu sekali kita menjadi seperti kisah pasir tadi. Sikap individualistik ini jika orangnya dihantar hidup di hutan pun sudah tentu haiwan-haiwan tidak ingin berkawan dengannya. Jadi, dalam satu hal teladanilah kisah Tarzan, walau diceruk hutan manapun, dia masih boleh bersahabat dengan haiwan-haiwan disana tidak kira jenis, rupa mahupun tingkah haiwan-haiwan tersebut kerana dia tidak hidup untuk kepentingan dirinya sahaja.

Ibn khaldun dalam membicarakan kehidupan sebuah masyarakat menggambarkan sebuah masyarakat tidak akan wujud tanpa peranan individual. Apabila individual itu terdidik dengan sifat insaniyyah mahupun rububiyyah maka akan terciptalah masyarakat yang stabil dan harmoni.

Oleh itu, setiap individual tidak sepatutnya merasa kejadiannya suatu yang sia-sia. Mungkin tersurat bahawa masyarakat tidak memerlukan kita tetapi tersirat satu pengharapan yang butuh pada peranan kita sebagai salah seorang warga masyarakat. Sedari itu, apabila kita telah mengetahui peri pentingnya peranan kita sebagai individual apatah lagi sebagai Muslim, perlulah kita bersama-sama dengan masyarakat yang lain untuk hidup secara kolektif yang menggarapakan kepentingan berkerjasama, memahami juga toleransi.
Seperti juga kisah pasir tadi, jika kita sendirian, kita mungkin tidak mampu atau melalui kesusahan untuk melakukan pekerjaan. Tetapi dengan hidup bekerjasama kita pasti mampu membuat lebih dari yang kita sangka. Contohnya, jika kita ingin menangkap pencuri yang memecah masuk kerumah di kawasan perumahan kita sendirian, kononnya hendak tunjuk hero, silap hari bulan nyawa kita tergadai dek kerana kita sendirian dan mereka ramai, siap bersenjata atau, mungkin kita pula yang tertangkap dituduh mencuri. Tapi kalau kita bersepakat untuk menjalankan pengintipan bersama, pasti kita dapat menangkap pencuri tersebut walau ramai manapun pencurinya [tetapi pencuri tidak akan datang beramai-ramai atau berkonvoi, biol namanya pencuri begitu]. Bahkan kita boleh memperoleh maklumat yang sangat penting yang diperlukan pihak
polis atau kita mungkin juga dapat mengetahui dimana barang curian disembunyikan. Dengan pembongkaran tersebut, pihak polis dapat menyelesaikan beberapa kes yang tertangguh atau dapat membendung banyak kes yang lain dari siri penangkapan tersebut. Walaupun begitu, segalanya berhikmah dari sikap kerjasama kita sebagai warga kolektif. Bak kata pribahasa Melayu ‘yang berat sama dipikul,yang ringan sama dijunjung.’

Adapun juga, seseorang tidak boleh bersifat lepas tangan melihat bahawa dirinya tidak akan membantu untuk sesuatu perkara bersama masyarakat. Sikap begitu barangkali individual tersebut seorang yang malas, tidak sensitive atau tidak juga berfikir konsikuensi dari tindakannya pasa masa hadapan. Hukum kehidupan menyaksikan, perbuatan yang buruk akan dibalas dengan yang buruk, yang baik akan dibalas saksama.

Begitulah acuan kehidupan ini yang memerlukan kita kepada sikap kerjasama dan kesefahaman atau muafakat yang membawa berkat. Pasir itu tadi pun tidak mampu menciptakan bongkah batu tanpa sikap kerjasama dan memaahami sesame mereka. Apabila sikap begitu terlaksa, bongkah pasir itu akan mencipakan bangunan yang akan utuh untuk satu masa yang lama lantaran kekuatan jalinan muafakat pasir-pasir tersebut. Begitulah juga kita sebagai manusia.
JAWAPAN: KERJASAMA

Sabda Rasulullah: 'Tidak dikira beriman seorang Islam sehingga dia mengasihi saudaranya yang lain sebagaimana dia mengasihi dirinya sendiri.'
-WALLAHUA'LAM-

Saturday, April 18, 2009

Nabil dan Apek; Ikon Jiwa yang Kosong

Kehidupan ummat manusia semakin hari semakin terhakis nilainya sebagai makhluk bergelar manusia. Ketagihan terhadap music yang melalaikan serta gelak ketawa yang tidak disedari mengeraskan hati mereka adalah satu indikasi hati mereka itu tandus, kering jua kosong daripada iman. Imannya semakin hari semakin kering oleh kemarau dosa dan maksiat yang berpanjangan. Manusia membelitkan yang haq, menghamparkan yang batil.

Program reality tv yang berlambak seperti ikan kembung di pasar malam dan program lawak jenaka yang tumbuh bak cendawan selepas hujan adalah metaphor bahawa jiwa-jiwa manusia semakin kosong daripada kemanisan iman. Adakah kita meyakini bahawa hati kita benar-benar tenang selepas menonton program sebegitu? Adakah bergelak ketawa, menggangguk kepala, menyanyi bersama tanda kita tenang dan bahagia? Usahlah tertipu dengan hati kamu sendiri. Usah menipu Allah yang terus memerhati pasti. Namun, jiwa mereka mungkin ‘bahagia’, bahagia yang membawa malapetaka akhirat. Bahagia yang dianugerahkan Allah untuk terus membiarkan mereka berada dalam kesesatan lantaran perhambaan hati mereka sendiri terhadap nafsu. Sampai bila hati itu mahu dibiarkan kosong?


Nabil dan Apek antara artis dinobatkan sebagai artis paling popular. Jika difikirkan, mengapa pelawak seperti mereka berjaya menarik perhatian dan menambat hati orang ramai sehingga mereka rela berhabisan duit dan waktu menghantar kertas undian agar mereka terpilih? Inilah wajah hati manusia hari ini, hati yang tertipu bahawa dengan berlawak jenaka, bergelak ketawa hati mereka akan terisi dan bahagia. Bukankah seseorang itu bodoh jika dirinya tertipu oleh hati mereka sendiri?

Lupakah firman Allah bahawa ALLAH BERJANJI, dengan mengingatiNya hati mereka akan tenang? Butakah manusia untuk menghalusi firmaNya? Berzikir, membaca al-Quran adalah ubat ketenangan hati. Adakah mengingati Allah itu hanya melalui cara berzikir dan tilawah al-Quran atau ke masjid? Ingatlah Allah walau dengan apa cara sekalipun, walau keadaan apapun sehingga dengan mengingatinya, kita akan menginsafi dosa-dosa sebentar tadi yang berlalu dan membenci walau untuk mengingati betapa hina dan jijik sekali dosa yang dilakukan walau sebesar zarah.


Usahlah tertipu lagi dengan permainan hatimu sendiri, kelak binasa akan mengiringimu.

GELAK KITA, TANGIS BAGINDA


Andai Rasulullah masih hidup hari ini dan memerhatikan nasib ummatnya yang tidak lagi menghiraukan sunnah dan ajaran al-Quran, pasti baginda akan terus tunduk dihadapan Allah dengan linangan air mata dan esakan yang melukan hati, ‘Ummati, ummati ya Rabb.’ Tidakkah kita malu untuk menagih syafaatnya di akhirat nanti sedangkan didunia kita begitu sombong dan biol untuk menuruti sunnah dan ajarannya? Tidak malukah kita yang sewaktu didunia lidahnya begitu hebat mengkritik gaya hidup baginda, bahawa kononnya setiap sunnahnya hanyalah tabi’inya, maka mengapa perlu bersusah menurut tabi’I orang lain sedangkan Allah telah menyiapkan kita dengan tabi’i kita sendiri?

Sampai bila kamu ingin terus bergantung dengan rational kamu yang dungu itu dan menolak keyakinan iman kamu? Kamu! Kamu yang tidak berbudi pada Islam tetapi yang terdahulu berkejaran, mengharungi lautan peluh dosa kamu sendiri kepada Rasulullah. ‘Syafaatkan kami ya Rasulullah!’. Lalu apa tindakan baginda terhadap orang seperti kamu? Orang yang semasa hayatnya begitu rakus melakukan yang ditegah, orang yang menganggap sunnahnya tidak lagi boleh dipakai di zaman moden ini.


Muhammad itu Rasulullah, yang punya sekeping hati yang jika ditimbang dengan seluruh hati manusia, timbangannya yang paling berat sekali. Baginda, yang terpilih memegang kunci syurga tapi baginda menangguhkan dirinya ke syurga kerana memikirkan ummatnya, memikirkan ORANG YANG DUNGU SEPERTI KAMU!Rasulullah, walau apapun yang dilakukan terhadap ummatnya, walau hatinya disakiti, dicemuhi, walau sunnah sucinya dimungkari, walau najis dipalitkan kemukanya, Walau apapun yang dilakukan ummatnya, baginda gagahkan kakinya melangkah mengadap Allah. ‘Wahai Muhammad, ucapkanlah apa yang tersirat dihatimu, nescaya aku akn kabulkan.’ Dengan kepala yang ditunduk kerana malu lantaran ini untu kali yang keberapa dia meminta kepada Allah, dengan linangan air mata, baginda berkata. ‘ummati, ummati, ummati. Siapa ummat baginda, KITA!KITA!KITA!


Walaupun baginda memegang kunci syurga, baginda membiarkan ummatnya masuk terlebih dahulu, baginda menunggu ummatnya meniti titian sirat yang lebih halus daripada belahan rambut, lebih tajam daripada bilah pedang dengan sabar, baginda menarik ummatnya agar terus maju asal jangan terjatuh ke kawah neraka. Baginda bersyukur dan bahagia apabila kalangan ummatnya Berjaya meniti titian sirat dan menangisi mereka yang jatuh dengan duka dan perit ke neraka. Lalu bagindalah yang terakhir masuk ke dalam syurga dan diiringi oleh nabi dan ummat yang lain. Mengapa baginda begitu sekali pengorbanannya? KERANA KITA UMMAT RASULULLAH!
-wallahua'lam-

Friday, April 17, 2009

Laskar Pelangi

Sebuah karya Andrea Hirata fiksyen yang diadaptasikan ke layar perak. Masih belum sempat membaca novelnya, hanya satu bab sahaja, tapi sudah diulang-ulang menonton wayangnya. Satu cerita yang benar-benar membawa penonton bersama-sama melewati kehidupan 10 anak-anak kampung Belitong di Indonesia yang miskin. Anak-anak yang mempunyai tingkah yang tersendiri, fizik yang tersediri, layak kehidupan di zaman kanak-kanak. Sebuah cinematography yang begitu memorial dengan berlatarkan zaman pertengahan 90-an dengan skren sofianya. Benar-benar file mini membawa kita kembali ke dunia sekolah kita dahulu. Walaupun ceritanya berbeza dengan kisah hidup kita, namun ceritanya membawa mesej-mesej yang sarat dengan pengajaran dan memberi satu inspirative yang luar biasa kepada penonton walaupun system pengajiannya seperti di zaman ibu bapa kita.

Kisah tentang jasa guru yang begitu bersungguh mengajar anak-anak muridnya walaupun sekolah yag didirikan layaknya seperti kandang kambing. Kisa tentang cinta pertama dizaman kanak-kanak sehingga menuntutnya belajar bersungguh dan menyimpan cita-cita untuk bertemu kembali dengan cinta pertama yang terpisah. Kisah persahabatan yang cukup luhur, kisah persahabatan yang tiada hasad mahupun dengki kerana kehidupan di zaman kanak-kanak sangat suci, tambahan mereka semua berasal dari kampung yang jauh dari pembangunan. Kisah kesimpitan hidup dan tanggungjawab yang terpaksa dipikul seawall usia yang menghalang mereka dari meneruskan pelajaran walaupun mereka sangat butuh pada ilmu. Namun, wlaaupun dia tidak Berjaya, kejayaan dalam pelajaran itu dititipkan kepada generasinya agar tidak tercicir seperti mereka. Sebuah kisah yang seolah-olah penulis pernah mengalami semua itu sehingga penyampaiannya begitu terkesan dihati, terembes air mata.
Kisah yang sarat dengan pengertian agar menghargai jasa guru walau apapun juga kondisinya, kisah hati guru yang ingin anak didiknya berjaya dalam pembelajaran walau dia terpaksa berhabis duit dan tenaga. walaupun dia terpaksa berpanas ke sekolah, walaupun hanya dia seorang saja yang mengajar, kerana memikirkan nasib pelajarnya, digagahkan juga hati dan kudratnya sehingga dia tidak punya masa untuk peribadinya.
Karya yang menyedarkan kita yang pernah menjadi pelajar kepada guru kita begitu murni dan besarnya jasa dan pengorbanan seorang guru.

Thursday, April 16, 2009

Takdir Si Yatim Piatu

Suatu hari dia didatangi oleh seorang sahabat:

‘Ya Rasulullah, dimana tempat ayahku diakhirat nanti?’ Tanya lelaki tersebut perihal ayahnya yang meninggal dalam keadaan jahiliyyah.
‘Ayahmu berada di Neraka.’ Jawab baginda. Lelaki tersebut merasa sedih dengan berita ayahnya yang menjadi ahli neraka. Dengan nada memujuk nabi berkata:
‘Ayahmu dan ayahku kedua-duanya berada di Neraka.’

Mahukah kalian tahu perasaan menjadi anak yatim piatu? Jika kalian bertemu dengan seorang budak yatim piatu, saat kalian bertanya perihal ibu bapanya, lihat matanya, lihat raut wajahnya. Andai matanya berair, andai kalian melihat dia memalingkan muka, andai dia tunduk, andai dia tersenyum kelat andai dia berdehem andai jua saat dia berbicara tersekat-sekat suara, itulah tanda betapa sukar untuk menggambarkan perasaan seorang yatim piatu.

Lantas, pernahkan kita terlintas dihati apa perasaan baginda saat diajukan soalan begitu? Demi memujuk hati sahabatnya, baginda mengatakan demikian. Seorang pemuda yang tidak pernah merasa kasih seorang ayah, namun ditakdirkan ayahnya menjadi ahli neraka pula. Ayahnya Abdullah, ‘hamba Allah’ namun seorang ahli neraka. Subhanallah, hanya Allah yang Maha Mengetahui hikmah disebalik takdirnya. Jarang kita mendengar dari matn hadith-hadith perihal ayahnya. Kenapa? Kerana tiada satupun kenangan bersama ayahnya yang boleh diceritakan. Namun, baginda bukan insan yang suka bercerita tentang keluarganya. Baginda lebih memikirkan umatnya. Umatnya yang mengkufurinya dan juga sebahagian lain mengimani pulalah yang banyak mengubat hatinya agar terus sabar menjunjung risalah agung dari Allah.

Namun begitu, Allah masih memberinya nikmat merasai manisnya kasih seorang ibu. Aminah hanya sempat menumpahkan kasihnya kepada Nabi Muhammad hanya beberapa tahun. Sedih menghambat nabi sehingga baginda menitiskan air mata saat menziarahi kubur ibunya. Sekali lagi, jarang kita ketemu riwayat-riwayat yang menceritakan kehidupanya bersama ibunya, Aminah. Sesungguhnya, kehilangan seorang ibu terlalu perit jika dibandingkan kehilangan seorang ayah. Apakah lagi yang membuat baginda bersedih? Ibunya jua menjadi ahli neraka. Baginda pernah menangis dan bermohon kepada Allah agar mengampuni ibunya, namun Allah menegah berbuat demikian, lalu menitis lagi air matanya. Walaupun baginda seorang nabi, namun baginda juga mempunyai perasaan, mempunyai rasa sedih, merindui belaian seorang ibu, Seperti kita, saat kita kelelahan, penat dengan ujian hidup, bersegera kita mengunjungi ibu bapa kita. Saat terpandang wajah mereka hilang seribu derita, hadir sejuta cahaya. Namun itu tidak tertulis dalam kehidupannya walaupun baginda seorang nabi.

Tergambarkah difikiran kita perasaan baginda saat ditegah dari berdoa untuk kedua-ibu bapanya? Tertulis bahawa ibu bapanya ahli neraka sedangkan baginda pemimpin ummat manusia. Subhanallah, satu percaturan hidup yang hanya Allah mengetahui, baginda tidak pernah merungut tentang kehidupannya, walau apapun takdir kehidupannya, baginda tetap redo menerima. Baginda patuh tanpa banyak soal apabila ditegah memohon ampun untuk ibunya sedangkan itulah satu-satunya cara unutk baginda berbuat baik dengan ibunya. Andai kita, saat kita kehilangan orang tersayang, mungkin Allahlah mula-mula dipersalahkan. Nabi tidak pernah merungut kepada Allah kenapa tidak diberikan hidayah kepada ibu bapanya. Hanya Allah yang Maha mengetahui hikmah ketetapan takdirnya sebagai yatim piatu.

Tidaklah hairan lagi apabila baginda memerintahkan supaya tetap mengasihani si yatim piatu hingga tuntutannya diabadikan di dalam al-Quran kerana baginda juga pernah merasai peritnya hati seorang yatim piatu. Kerana itu baginda menyuruh berlaku baik kepada mereka, kerana dengan akhlak begitu, kesedihan mereka terubat, hati mereka terisi, kasih dikongsi. Subhanallah, Itulah didikan yang dipilih Allah untuk baginda.
Namun, Allah itu bukan Khaliq yang zalim. Benar, bagi manusia, diuji seperti baginda amatlah berat sekali. Kadang-kadang hidup sebagai yatim piatu seolah-olah kita berjalan diatas jambatan yang kecil lagi bergoyang, tiada tali untuk berpaut. Apakah yang terjadi? Sedangkan dihadapn sana ada kebahagian yang menanti. Sukar sekali untuk meneruskan perjalanan kehidupan. Tiada tempat untuk berpaut. Namun Allah menjaga baginda, walaupun baginda kehilangan orang-orang yang disayangi, walau darah dagingnya juga memusuhinya, ALLAH DAN JIBRAIL MENEMANINYA. Sentiasa sang Rabb mengirimkan salam kepada baginda. Sentiasa Jibrail menemaninya setiap ketika. Kebersamaan bersama Allahlah yang menyebabkan baginda terus thabat menyebarkan risalah islam.

Walaupun beliau tiada ibu bapa, terdapat ibrah yang sepatutnya kita petik dari setiap liku-liku kehidupan baginda. Andai Allah mentakdirkan kedua ayah dan bondanya hidup sehingga baginda dewasa dan berkahwin dengan Khadijah, tapi mereka meninggal sebelum risalah al-Quran diturunkan, Pasti baginda lagi bersedih. Ibu dan ayah yang menatangnya bagai minyak yang penuh, pergi meninggalkannya selama-lamanya..selama-lamanya tanpa lagi ketemu lantaran mereka dimasukan ke dalam neraka. Bertambah perit hatinya saat doa untuk mereka ditegah. Barangkali Allah ingin mengajar baginda ‘bersandarlah pada Ku’ kerana Allah tidak ingin baginda terlalu berharap pada kasih sayang dunia, kasih sayang ibu bapa yang sebahagian isi dunia, mendidik baginda agar tidak ‘bersandar pada dunia’. Jika tidak, mungkin baginda akan terus merindui ibu bapanya, menyebut-nyebut perihal ibunya seperti baginda menyebut-nyebit perihal isterinya Khadijah sesudah meninggal. Khadijah, mengajarnya erti cinta, cinta yang tiada galang gantinya. Cinta yang menjadi penenang jiwanya saat didatangi wahyu pertama. Cinta yang mengisi hatinya dengan kasih dan cinta daripada seorang perempuan. Aku, lama menunggu hati sedar untuk memahami sebuah hakikat kehilangan yang ditakdirkan baginda.
BEGITULAH ALLAH MENDIDKNYA, MEMTARBIYAHNYA SEBELUM DIANGKAT MENJADI PENGHULU NABI PEMIMPIN SELURUH ALAM. RASULULLAH, SI YATIM PIATU.
-Wallahua'lam-

Saturday, April 4, 2009

Duhai!


Ummu Ma’ad menceritakan tentang sosok Rasulullah:

Dia adalah seorang pria yang mukanya bersinar dan ramah. Akhlaknya mulia. Tubuhnya sedang dan wajahnya terang. Kedua matanya hitam. Bulu alis dan rambut matanya lebat. SUARANYA AGAK SERAK. Matanya bagus, bulu matanya lentik, warnanya sangat hitam seperti dicelak. Rambutnya hitam pekat. Lehernya panjang. Janggutnya lebat. Jika diam, ia tenang. Jika berbicara, tangan dan kepalanya ikut bergerak. Aura wibawanya pun keluar. Seolah-olah perkataanya bagaikan manik-manik yang disusun rapi untuk digulirkan . ia berkata dengan singkat dan padat, tanpa ada pun sedikit yang sia-sia. Dari kejauhan, ia tampak sangat tampan, sedangkan dari dekat, dia tampak lebih manis dan sempurna. Perawakannya sedang. Tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, raut wajahnya tidak masam dan tidak ketuaan.*


Duhai
Duhai susuk yang sempurna,
Duhai hati yang suci dari noda,
Duhai senyum manis bak kurma,
Duhai Kekasih.
Bagaimana dapatku khabarkan rinduku padamu,
Tidak pernah berbicara mahupun bersua muka,
bagaimana dapatku khabar ukiran cintaku padamu,
Sedang aku hanya mengenali sirahmu
Duhai Jiwa yang Mulia…
Engkau Cinta sukmaku,
Rinduku untuk bertemu,
Rinduku untuk menatap wajahmu bak purnama,
Duhai!
Beruntunglah mereka yang bersamamu,
Duhai!
Indah mencintaimu walau kita tidak pernah ketemu.
Duhai!
Wanita terpilih disisimu
Beruntunglah diri mereka
Duhai Kekasih,
Mahukah engkau melamarku menjadi bidadari syurgaMu?
Biar takdir tidak menemukan kita di dunia,
Andai mimpi tentangmu juga tidak kunjung tiba,
Namun,
di sana, di kebun cinta, di atas permaidani hijau kita
Di batasan hiliran sungai-sungai laban, madu dan khamr
Mahukah engkau bertemu denganku,
Aku akan menantimu disana bersama piala cinta,
Bersama buah-buahan rindu.
Duhai!
Tergoda aku di dunia dengan qudwahmu,
Terbuai aku dengan tuturmu
Duhai!Khadijah, Aisyah, Ummu Khaltum, Mariatul Qibtiyyah,
Cemburu hatiku pada kalian,
Kalian bersamanya bertahun meniti masa,
Bermadu kasih bersama,
Senyum mengikat cinta.
Sedangkan diriku hanya mampu menyelusuri sebuah cerita,
Relakah kalian menerimaku sebagai bidadari syurganya?
Izinkah kalian jika Baginda bertemu denganku di batasan sungai syurga?
Bermozakan kicauan burung hijau yang merdu.
Berlatarkan zahrah mewangi,
Duhai! Jiwa yang ku rindui
Saat engkau terpandangku nanti,
Adakah engkau akan mengenaliku?
Adakah engkau akan berjanji untuk bertemu denganku?
Adakah engkau akan memimpin tanganku melewati kebun-kebun syurga?
Mahukah engkau memetik kuntum RAIHAN untuk diselitkan ke telingaku?
Mahukah engkau mendengar lantunan puisi cintaku?
Duhai! Mabuk hatiku
Duhai!
Jiwa yang ku rindui jua cintai masih saat ini,
Tunggu aku di pintu Firdausi.
Kerana aku membawa lembaran puisi cinta untukmu.

*Ummu Ma’ad didatangi oleh Rasulullah yang ketika itu dalam perjalanan hijrah getirnya bersama Abu Bakr dan dua orang lagi sahabat. Usia sahaja Rasulullah beredar, Ummu Ma’ad didatangi suaminya, dan dia menceritakan sosok lelaki yang paling sempurna antara sahabat-sahabatnya, DIALAH UTUSAN ALLAH YANG BENAR!
Maafkan kami Rasulullah. Kami mengetahui kamu tidak suka disanjung-sanjung dan dipuji. Kamu hanya ingin dikenali sebagai Rasulullah dan Hamba Allah, kerana itulah pilihanmu. Namun, hanya kata-kata juga selain selawat keatasmu yang mampu mengubat rindu kami kepadaMu. Oleh itu, terimalah lagu hati kami. Bukan niat kami ingin ingkar suruhanMu, namun rasa cinta kami yang tidak pernah ketemu denganmu mahupun dalam mimpi membuak-buak menggerakkan hati kami untuk terus memujimu. terimalah kami sebagai ummatMu, syafaatkanlah kami dihari yang tiada lagi amal boleh dilakukan melainkan dihisab sejujurnya oleh Pemilik A'rasy. Maafkanlah kami wahai Kekasih Allah. Cinta kami kepadamu masih jua belum sempurna, terus kami malu walau rindu untuk bertemu denganmu lantaran masih banyak sunnahmu yang tidak kami ikuti. Maafkanlah kami.